Mate aneuk Meupat Jeurat Matee adat
ngon agama Ho tamita Sungguh kecewa manakala membaca
statement dari bapak walikota Banda Aceh di salah satu media yang mengatakan
bahwasanya aksi yang dilakukan oleh mahasiswa IAIN Ar Raniry dibekingi oleh
lawan politik walikota yang mencoba memanfaatkan situasi menjelang pilkada.
Sungguh suatu hal yang mengada ngada dan penulis rasa adalah bagian dari fitnah
serta pencemaran nama baik bagi aktivis kampus biru IAIN Ar Raniry. Pernyataan
yang dimuat dimedia cetak aceh baru-baru ini bukan ingin menyelesaikan permasalahan akan tetapi justru malah membuat
permasalahan dengan masyarakat kampus yang geram dan menilai bahwasanya walikota banda
aceh bersikap ke kanak kanakan. Mana kala menyikapi permasalah ini dengan satu
perspektif tanpa menimbang dan juga menilai nya terlebih dahulu. Maka tidak
salah jika pak walikota pantas kita predikatkan dengan gelar Asal Sembur (ASEM) atau Asal Bunyi ( ASBUN). Karena penulis yang juga berkecimpung dari awal aksi tidak merasa kami
di bekingi oleh politikus manapun karena ini murni suara Masyarkaat.dan aksi
yang kami lakukan adalah hasil kajian yang memakan waktu berhari hari.
Pemberitaan
seputar pembangunan hotel best westren menjadi menarik manakala terjadi protes
besar besaran dari berbagai pihak yang menentang pembangunan hotel dan mall
berbintang dimana lokasinya berdekatan dengan Masjid Raya Baiturrhahman dan Pasar Aceh. Mulai dari kalangan mahasiswa, Tokoh
Masyarakat. Ulama, pengamat Ekonomi. Hingga Jamaah Masjid raya Baiturrahman pun
rela membubuhkan Tanda Tangan Menolak pembangunan Hotel dan Mall ini. Demi
menjaga keagungan Masjid Raya Baiturrahman simbol utama masyarakat aceh seakan
memang Masjid Raya Menjadi Harga Mati sama seperti dulu ketika Aceh Dijajah. Terlepas
dari semua itu ada beberapa hal paling mendasar yang membuat kami para kalangan
aktivis kampus IAIN dan Masayarkat Aceh
menolak mentah-mentah tentang rencana pembangunan mall dan hotel best
westren.
Mengapa
Harus Didepan Masjid Raya.
Banyak
Komentar – komentar Di dunia Maya dan jejaring sosial yang menilai bahwasnya Mahasiswa IAIN kurang
berfikir akan Potensi perekonomian apabila didirikan hotel tersebut dikota
Banda aceh. Justru sebagai mahasiswa IAIN Ar Raniry saya akan bertanya Sejauh
mana Mereka Berfikir, apakah hanya melihat sudut Ekonomi saja ? tanpa
mempertimbangkan faktor Budaya sosial dan Kemasyarakatan. Tidak ada artinya
sebuah nilai dari ekonomi yang
diharapkan apa bila bersumber dari pajak tempat Praktek mesum seperti hotel.
Tentunya, sebagai seorang muslim terasa aneh manakala sumber ekonomi berasal
dari hasil yang Berbau Maksiat.
Perlu
di ingat ketika membicarakan Masjid Raya Baiturahman maka kita bukan hanya
membicarakan Marwah Masyarakat Kota Banda Aceh saja. Akan tetapi juga
membicarakan marwah Semua Masyarakat Aceh. Karena jelas, Masjid Raya
Baiturrahman adalah milik seluruh masyarakat aceh. Apa jadinya jika suatu saat
nama masjid raya dicoreng dengan keberadaan hotel tersebut. Apakah ada pihak
yang menjamin bahwasanya tidak akan ada praktek Maksiat diatas tanah tempat
para darah syuhada yang mengalir ketika para penjajah West( Belanda) menyerang
masjid raya ?
Lucunya
ada pihak yang beranggapan dan beragument bahwasanya masalah Maksiat Bukan
Urusan Mahasiswa akan tetapi urusan Wilayatul Hisbah. penulis bukan ingin menjelek jelekan lembaga penegak Syariah
akan tetapi sampai saat ini penulis masih beranggapan bahwasnya WH tak lebih
dari boneka mainan. Tak jelas apa visi dan misinya. Bahkan menurut salah
seorang anggota Wilayatul Hisbah mereka tidak punya kapasitas dalam hal apapun
untuk menegakkan Syariah Islam Di Aceh, jangankan untuk menggrebek sebuah hotel
untuk membrantas Maksiat di simpang lima mereka tidak bisa sembarangan.
Kemudian
statement menggelikan dari Pihak Pro Best Westren yang mengatakan Mahasiswa
IAIN Ar Raniry tidak melihat bagaiamana Di Arab Saudi disekitar Masjidil Haram
Banyak Didirikan Hotel tapi tidak ada Yang memprotes tentang bangunan tersebut.
Penulis tidak mempersalahkan pernyataan tersebut, namun apakah ada yang melihat
dari segi tujuan? Hotel yang didirkan disekitar masjidil haram itu bertujuan
untuk penginapan orang-orang yang akan Melaksanakan Ibdah Haji dan Umrah. Dan
orang yang berpergian Ke Masjidil Haram Sudah pasti tujuan Untuk BerIbadah
bukan untuk Berwisata dan Hal ini ditambah peraturan yang dikeluarkan oleh
Kerajaan Arab Saudi yang luar Biasa Ketat apabila berbicara mengenai Syariah
islam. Sedangkan di Aceh syariah Islam Masih cilet-cilet atau
setengah-setengah mengapa kita sampai
mau berani membandingkan hal ini.
Sungguh,
sangat tidak sesuai dengan program walikota yang menginginkan Banda Aceh
sebagai kota Bandar wisata islami. Apabila pemerintah tetap ngotot untuk
mendirikan hotel dan Mall yang sifatnya kebarat baratan berdampingan dengan
Masjid Raya baiturrahman. Karena fungsi Masjid itu bukan untuk berwisata saja
tetapi memang untuk Beribadah. Lantas mengapa Harus disamping masjid raya
Baiturrahman. Masjid yang menjadi simbol keagungan Budaya dan Adat Islam
Masyarakat Aceh. pendirian hotel Best Westren jelas telah menjadi salah satu
upaya menusuk budaya Islam timur dengan budaya barat. Dan penghilangan serta
penghinaan terhadap
Mengapa
harus Didirikan Mall.
Pasar
Aceh adalah salah satu denyut nadi perekonomian Masyarakat Kota Bandaa Aceh . rasanya tidak afdhal apabila ada
masyarakat aceh dari berbagai kota yang berkunjung ke kota Banda Aceh tidak
menyempatkan diri untuk berbelanja di pasar aceh walaupun hanya sekedar membeli
sayur sayuran. Sehingga aliran rupiah pun dapat mengalir dari pihak pemilik
modal ke pada pedagang kecil dan berkat inilah perekonomian mampu bertahan. Kemudian
juga sesuai dengan prinsip Ekonomi Syariah yaitu kepemerataan ekonomi.dimana
aliran dana diharapkan mampu mengalir dari kalangan menengah atas ke kalangan
Menengah kebawah, Apa jadinya jika Mall tersebut didirikan? Mall umumnya dimiliki oleh
kalangan Kapitalis yang sibuk memperkaya kekayaan pribadi. Apabila mall
tersebut didirikan sudah dapat dipastikan menekan laju aliran perekonomian
dikalangan pedagang kecil.
Hal
ini disebabkan bahwa masyarakat yang memiliki modal kebutuhan yang banya akan
lebih merasa tertarik dengan budaya kebaratan dengan berbelanja Di Mall
ketimbang berbelanja di pasar. Kemudian dipastikan aliran perekonomian hanya berpusaat
pada satu individu pemilik modal dan
kalangan menengah Keatas saja. Akibatnya pedagang-pedagang kecil dengan modal yang sedikit dan terbatas
terpaksa akan gulung tikar dan akan menambah daftar panjang kemiskinan di Kota
Banda Aceh. Dan ini bersifat pasti terjadi. Mana kala produk Kapitalis telah
masuk kedalam perekonomian apa lagi posisinya yang bersebelahan dengan Pasar
Aceh.
Ada
baiknya, Walikota Banda Aceh meniru walikota solo yang menolak mendirikan mall
di daerahnya demi kepenntingan Pedagang kecil yang berusaha mecari nafkah
ketimbang harus membrikan ijin kepada pemilik modal untuk mendirikan mall
dimana pemerintah hanya menerima pajak saja. Tapi tidak mampu mengangkat nadi
perekonomian masyarakat kecil. Walikota banda Aceh terlalu banyak terinspirasi
pada kota-kota lain di diluar kota banda aceh dengan banyaknya mall yang
didirikan.juga tanpa melihat bagaimana taraf kehidupan perekonomian masyarakat
kota banda aceh saat ini. Dan saya rasa semua pihak dapat melihat sampai saat
ini dengan puluhan hotel dibanda aceh dan juga Mall-Mall yang telah didirikan
tidak membwa manfaat apapun bagi masyarakat kota banda aceh.
KONSPIRASI
BUSUK
Akhir-Akhir
ini mulai terkuak tuding menuding antara
pihak yang berkecimpung pada pembuatan dokumen izin AMDAL oleh tim komisi
penilaian analisis Dampak Lingkungan. Kepada media Bapak Ir Husaini Syamaun
beberapa waktu yang lalu menuding Walhi terkait ijin dokumen AMDAL. Tapi pihak
Walhi kembali menuding Pemerintah telah
melakukan pembohongan publik kepada masyakat karena pada dokumen Amdal yang
mereka terima lokasi nya berada pada Jl T. Iskandar Muda bukan pada Lokasi saat
Ini Yaitu di jalan Abu Lam,U. Sehingga Walhi mengaku bingung ketika izin
dokumen AMDAL bernomor No. 11/IX/AMDAL/2010 dikeluarkan ternyata tidak sesuai
dengan dokumen yang diterima oleh Walhi. Sungguh menjadi Sebuah Pertanyaan Yang
Besar bagi kami dikalangan Mahasiswa ketika melihat hal ini. Semacam ada
konspirasi busuk dikalangan pejabat elit terkait pembangunan hotel best westren
dan mall dikota banda Aceh entah hal ini disengaja ataupun tidak. Tapi yang
pasti hal tersebut telah menjadi sebuah momok bahawa ada konspirasi besar
dibelakang semua ini. Jikalau tidak mengapa tuding menuding ini bisa terjadi.
Nampaknya semua pihak harus mengusut hal ini. Tidak lah mungkin para pegawai
pemerintah yang rata-rata sarjana lupa atau salah ketik tentang nama jalan.
Sungguh memalukan.
Semua
pihak harus sadar bagaimana sakral nya Masjid Raya Baiturrahman, masjid yang
menjadi saksi bisu perjuangan Bangsa Aceh, Darah Para Syuhada yang mengalir
jangan pernah dikotori. Ekonomi itu memang penting tapi apakah baik jika
keputusan dengan alasan perekonomian malah mengingkari kemurnian nilai Sejarah
islam. Dan mengotori kehormatan , Keagungan Masjid raya Baiturrahman Banda
aceh, dulu masjid ini diperjuangkan secara mati matian oleh pejuang demi
kehormatan , bangsa aceh, demi kesucian
Islam Di Serambi Mekkah ini dan sudah
seharunya juga kita terus menjaga hal tersebut agar mereka yang syahid
mempertahan kan Masjid Raya, merasa dibanggakan dengan cita-cita luhur mereka
memperjuangkan Agama, Adat, Budaya, Tradisi dari jajahan Barat kepada Bangsa
Aceh tercinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar